Pages

Wednesday, May 9, 2012

Pekerjaan yang ideal?


Iwa: Ra, ni ada lowongan ( tawaran ) kerja buat kamu.
Ara: Eh? Emang aku pernah ngasi taw kamu yang aku maw cari kerja?

Iwa: Ya gak pernah Ra. Cuman siapa taw kamu berminat sama pekerjaannya. Kamu kan suka nulis - nulis gitu di blog.
Ara: Emang kerjanya apa sih?

Iwa: Salah satu majalah elektronik lagi mencari penulis untuk majalah mereka Ra. Dalam bahasa Inggris tapi.
Ara: Owh, syaratnya apa aja?

Iwa: Cukup hanya dengan kamu mengikuti audisi karangan bahasa Inggris. Kalo tulisan mu bagus, ya di terima deh!
Ara: Walah, tawarannya menarik tapi maaf ya Wa, aku gak berapa berminat. Soalnya blog bahasa Inggris ku aja jarang tak ( saya ) update Wa. Takut nanti aku gak bisa maksimal kerjanya.

Iwa: Kenapa gak di coba dulu Ra? Kamu kan banyak taw tentang barang elektronik kayak HP sama Laptop.
Ara: Heh, sejak kapan sih? Aku tu cuman taw barang Sony Ericsson aja. Lain dari itu, bukan gue kali :P

Iwa: Ya udah deh kalo gitu aku sendiri aja.
Ara: Eh, kamu ikut audisinya?

Iwa: Iya Ra. Selain dari nyari uang, aku bisa latihan terus nulis dalam bahasa Inggrisnya.
Ara: Owh. Kalo gitu, biar tak ( saya ) bantu kamu ya?

Iwa: Beneran ta Ra?
Ara: Iya Wa. 

Iwa: Makasih ya Ra.
Ara: ^_______^

__________________________________________________________________

Dah lama tak update blog, alih - alih update tentang perbualan dengan teman sekelas. Dalam bahasa Indonesia pulak tu kan? Hehe. Motif?

Kalau di lihat secara kasar, memang tak nampak pun pengajaran di atas untuk di kait dengan dunia Dakwah dan Tarbiyah. Namun setelah penulis duduk muhasabah diri memikirkan perkara di atas, penulis mendapat sesuatu pengajaran yang berharga buat diri. Benar kata orang ramai, sesuatu kejadian itu bukanlah kebetulan tapi ianya memang telah di susun atur oleh Allah untuk kita mencari hikmah di sebalik.

Haish, tak mula - mula lagi pengajarannya. ^____^

Masih terngiang - ngiang dialog yang penulis ucapkan sendiri yang membuat penulis duduk berfikir panjang.

Ara: Walah, tawarannya menarik tapi maaf ya Wa, aku gak berapa berminat. Soalnya blog bahasa Inggris ku aja jarang tak ( saya ) update Wa. Takut nanti aku gak bisa maksimal kerjanya.

Kata - kata yang penulis highlite kan itulah yang membuat pintu hati kecil penulis diketuk berkali - kali hingga terasa sakitnya.

Kenapa? Kerana ianya tak jauh dengan situasi seorang Murabbi menawarkan Muttarabbi nya untuk menDF mad'u yang telah sedia ada. Namun kerana sering lalai dalam memperbaiki diri, si Mutarabbi menolak dengan alasan diri belum begitu sempurna. Bimbang diri termasuk dalam ciri - ciri orang yang telah dinyatakan dalam QS As - Saff: 2 - 3.

Bila di beri mad'u untuk di dekati, kita sering menolak dengan alasan diri belum cukup sempurna atau belum bersedia. Seperti situasi di atas, penulis menolak untuk bekerja secara penuh di sebuah majalah hanya kerana blog penulis sendiri jarang di update. Bimbang tak mampu melaksanakan kerja tersebut dengan baik kerana sedia maklum dengan diri yang malas mengupdate blog. Blog sendiri malas nak update, apatah lagi majalah yang akan di sebarkan kepada orang lain.

Namun jika di fikirkan semula, jika penulis mulai rutin untuk menulis dalam sebuah majalah, mahu tidak mahu pasti penulis akan menjadi 'terlebih rajin' untuk menulis. Secara tak langsung, idea yang mencurah - curah boleh penulis lontarkan di dalam blog sendiri. Kan? Paling tidak, penulis akan gunakan medium blog untuk memperbaiki tulisan penulis sebelum menulis di dalam sebuah majalah.

Berbalik kepada situasi DnT, pernahkah kita terfikir dengan adanya mad'u, kita pasti akan mulai berdisiplin untuk mentarbiyah diri sendiri dengan lebih kerap lagi?

Bayangkan kita dengan semangat mengajak mad'u kita untuk berinfaq, bangun malam solat tahajud, solat rawatib setiap waktu dan sebagainya. Pasti dalam masa yang sama, kita akan merasa malu jika tidak melakukan apa yang telah di sarankan kepada mad'u. Jadi kita pasti akan melakukannya supaya kita mempunyai kekuatan yang lebih untuk mengajak orang lain.

Secara tak langsung, mad'u kita adalah medium untuk kita mendidik diri kita ke arah yang lebih baik meskipun pada awalnya kita hanya memaksa diri. Lama - lama i.Allah keikhlasan itu akan datang sendiri.

Dakwah dan Tarbiyah itu berjalan seiring. Bukannya kita hanya sibuk mentarbiyah diri sendiri dan dalam masa yang sama, enggan turun ke medan dakwah. Dan bukan juga kita sibuk berdakwah pom pang pom pang tapi lupa untuk mentarbiyah diri sendiri. Seperti yang penulis katakan di awal perenggan, DnT berjalan seiring. 

Pesan penulis kepada pembaca, jangan pernah takut untuk terjun ke medan dakwah hanya kerana diri belum begitu sempurna. Jika kita menunggu untuk menjadi sempurna, maka tiadalah pendakwah di muka bumi kerana manusia itu jelas tiada yang sempurna. Justeru dengan berdakwah, secara sendirinya kita akan mentarbiyah diri kita ke arah yang lebih baik.

So apalagi, jom berdakwah~~!!!! ^_____^

p/s: tulisan khusus untuk diri sendiri dan 'anak - anak' di Malang. Manakala umum untuk semua yang merasakan dirinya adalah khalifah di bumi Allah.


1 comment:

AliFH said...

Wah... bangga dg proses berfikir yg terbina dlm dirimu Sarah, dr satu tangga yg mulanya kesalahan kecil (setelah bermuhasabah)kpd tangga2 kesempurnaan, melahirkan kesedaran, melahirkan luapan semangat, melahirkan tekad bekerja, melahirkan kesedaran utk bergerak, bergerak dan bergerak. "Fikirkan Allah, Allah akan memikirkan mu, fikirkan agama Allah, Dia akan memikirkan keperluanmu, fikirkan perjuangan d jalan Allah, Dia akan memikirkan utkmu apa yg orang lain fikirkan utk dirinya. Kau fikir shj utk Allah, kau tk perlu fikir apa2 apa yg kau perlukan utk hidupmu d dunia ini, krna sudah ada yg memikirkannya utkmu, Dialah Allah, yg selalu engkau fikir utk-Nya. Tahniah! Teruskan berada d jalan ini, itulah istiqamah!